Monday, April 21, 2008

ZAM-ZAM WATER

The Miracle : Zam Zam Water

Setiap jamaah haji pasti mengenal air zam-zam. Air ini telah identik
dengan Masjidil Haram atau bahkan Tanah Suci, karena air zam-zam
disediakan secara melimpah bukan hanya di Masjidil Haram di Makkah, tetapi juga
di Masjid Nabawi di Madinah dan berbagai tempat lain.
Air zam-zam seakan telah menjadi oleh-oleh yang wajib dibawa oleh
jamaah haji ketika pulang ke Tanah Air. Setelah selesai tawaf memang
disunnahkan untuk meminum air zam-zam. Dulu letaknya di belakang Makam
Ibrahim. Para jamaah harus masuk ke dalam sumur untuk mendapatkan air itu.
Kini sumur itu telah ditutup untuk memperluas area tawaf. Sebagai
gantinya, telah disediakan puluhan kran yang dengan itu mudah bagi setiap
jamaah mendapatkan air istimewa itu.
Ada doa khusus dituntunkan ketika meminum air zam-zam. Air ini
dipercaya bisa menyembuhkan banyak penyakit. Karenanya, dalam doa meminum air
zam-zam disebutkan permohonan kepada Allah akan kesembuhan atas setiap
penyakit dan kesempitan.
Air zam-zam memang sungguh istimewa, bahkan boleh disebut air ajaib.
Keajaibannya bukan isapan jempol belaka. Dari proses pembentukan atau
genesanya saja hingga sekarang masih terus mengundang tanya. Seluruh
teori hidrologi yang ada tidak mampu menjelaskan muasal air ini. Normalnya,
air tanah itu berkumpul di lapisan yang disebut aquifer. Aquifer ini
biasanya ada pada lapisan batuan yang disebut batuan endapan atau batuan
sedimen, bukan di batuan beku (hasil pembekuan magma) atau batuan
metamorf (alihan). Untuk diketahui, Kota Makkah, khususnya Masjidil Haram,
berdiri di
atas batuan beku, bukan batuan sedimen. Artinya, tidak mungkin di sana
bakal dijumpai aquifer biasa yang memungkinkan didapat kandungan air
tanah. Jadi, dari sini saja munculnya air zam-zam di tengah batuan beku
sudah merupakan sebuah keanehan.
Jika dikatakan bahwa air zam-zam itu ada dalam aquifer yang berbentuk
lenses (lensa) yang memang biasa dijumpai pada batuan beku,
pertanyaannya, mengapa jumlahnya demikian besar? Biasanya aquifer yang bersifat
lenses dalam wilayah yang dibentuk oleh batuan beku, dimensi dan
volumenya kecil saja. Kalau dikatakan bahwa lensanya sangat besar sehingga
volume airnya juga sangat besar, pertanyaannya lagi, mengapa air zam-zam
tidak dijumpai di tempat lain; hanya di titik itu saja; di dekat Ka�bah.
Jika benar aquifer lensanya sangat besar, mestinya di area di sekitar
masjid, jika dibor, akan dijumpai juga air zam-zam. Ternyata tidak.
Kemudian soal sumber air. Biasanya air tanah merupakan hasil rembasan
dari air permukaan. Untuk memungkinkan adanya air tanah diperlukan apa
yang disebut catchment area (daerah tangkapan). Biasanya posisinya agak
tinggi (perbukitan) yang membuat air permukaan kemudian masuk dan
mengisi lapisan-lapisan batuan yang bisa menyimpan air. Dari teori ini saja,
jelas bahwa air zam-zam pastilah bukan air tanah biasa karena tidak
mungkin ia berasal dari rembasan air permukaan mengingat ia berada di
daerah yang sepanjang waktu hampir tidak pernah ada hujan. Kalau begitu,
ini air berasal dari mana?
Ada teori bahwa air zam-zam mungkin berasal dari air tanah purba atau
air laut purba yang terjebak. Ini mungkin saja. Namun, sejauh
pengamatan, tidak ditemukan sama sekali tanda-tanda geologis bahwa daerah itu
dulunya adalah laut, yang salah satu tandanya adalah dijumpainya batuan
gamping. Jika itu air tanah purba, dipertanyakan juga bagaimana itu bisa
terjadi mengingat dari dulu hingga sekarang daerah Makkah adalah gurun
yang tidak pernah dijumpai hujan. Jadi, air dari mana? Tidak terjawab
juga.
Belum lagi kita berbicara soal jumlah atau volumenya. Dalam buku,
Makkah al-Mukarramah Fadh�iluh� wa T�r�khuh�, (Makkah al-Mukarramah,
Kelebihan dan Sejarahnya) yang ditulis oleh Abdul Basit bin Abdul Rahman
disebutkan, bahwa sumur zam-zam sudah berumur hampir 5000 tahun, persisnya
4946 tahun, sejak Nabi Ibrahim hingga sekarang. Coba Anda hitung,
berapa banyak air zam-zam sudah diambil sepanjang waktu itu? Andai rata-rata
jumlah jamaah haji setiap tahunnya sekitar 2 juta orang dan
masing-masing membawa pulang 5 liter (faktanya bahkan ada yang membawa 20 liter
lebih) maka ada 10 juta liter yang diambil. Kemudian jika, katakanlah,
jamaah haji rata-rata tinggal selama 25 hari di Tanah Suci dan setiap
hari meminum 0,5 liter, maka totalnya sudah 35 juta liter diambil oleh
jamaah tiap musim haji! Belum lagi air yang dikonsumsi oleh jamaah umrah
yang hampir tidak pernah sepi sepanjang tahun. Namun, meski diambil
terus-menerus dalam jumlah yang sangat
besar, sejauh ini tidak sedikitpun terlihat ada tanda-tanda air
zam-zam menyusut. Mengapa?
Dari penelitian didapat fakta yang sangat mengejutkan. Ternyata air
yang keluar dari dasar sumur zam-zam yang luasnya sekitar 5�4 meter itu
sama besarnya dengan air yang dipompa keluar. Inilah yang membuat
permukaan sumur relatif stabil. Ini juga yang membuat air zam-zam, misalnya,
lama tidak diambil, tidak pernah terdengar air itu membludak. Eloknya
lagi, air itu memang benar-benar tidak pernah bisa terkontaminasi oleh
air lain, termasuk air hujan. Menurut penduduk Makkah, pernah suatu
ketika pelataran Kabah terendam air akibat hujan deras. Logikanya, ketika
dulu sumur air zam-zam belum ditutup seperti sekarang ini, air hujan itu
akan masuk ke dalam sumur dan mengotori air zam-zam. Namun, itu tidak
terjadi. Mengapa? Ternyata tekanan air zam-zam itu sangat besar
sehingga mampu mendorong genangan air
hujan. Pernah dilakukan percobaan dengan pemompaan sebesar 8.000
liter/detik (bandingkan dengan debit sumber mataair terbesar di Indonesia
yang ditemukan di daerah Klaten, Jawa Tengah, yang kira-kira hanya 200
liter/detik) terus-menerus selama 24 jam, air zam-zam, yang kedalaman
sumurnya sekitar 30 meter dengan kedalaman air hanya 3.32 meter itu, surut
hingga kedalaman 12,72 meter. Namun, hanya dalam waktu 11 menit, air
zam-zam kembali lagi ke ketinggian 3,9 meter. Itu artinya, debit air
zam-zam memang sangat besar, tetapi ia keluar hampir setara dengan air
yang diambil. Hal inilah yang membuat air zam-zam tidak pernah kering,
tetapi juga tidak lantas membludak.
Yang paling elok tentu saja adalah kualitasnya. Air zam-zam memiliki
rasa yang khas dan mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Meski sudah
ribuan tahun, tidak pernah dilaporkan adanya penurunan kualitas; tidak
pernah juga diberitakan ada yang sakit setelah meminumnya, padahal air
zam-zam langsung diminum begitu saja, tidak pernah dimasak lebih dulu.
Dari penelitian, diperoleh fakta bahwa air zam-zam mengandung fluorida
yang memiliki daya efektif membunuh kuman, yang membuat air zam-zam
seolah seperti sudah mengandung obat. Perbedaan air zam-zam dibandingkan
dengan air sumur lain di Kota Makkah dan kota lain adalah dalam hal
kuantitas kalsium dan garam magnesiumnya. Kandungan kedua mineral itu
sedikit lebih banyak pada air zamzam. Itu yang menyebabkan air zam-zam
menyegarkan bagi jamaah yang kelelahan. Keistimewaan lain, komposisi dan
rasa kandungan garamnya selalu stabil dan selalu sama sejak dulu hingga
sekarang. �Rasanya� yang selalu terjaga itu diakui oleh semua jemaah haji
dan umrah yang selalu datang tiap tahun. Tidak pernah ada
komplain atau pengaduan. Satu kehebatan lagi, sumur air zam-zam tidak
pernah ditumbuhi lumut, padahal di seluruh dunia sumur di manapun
selalu ditumbuhi lumut dan tumbuhan mikroorganisme.
Keajaiban air zam-zam tidak berhenti sampai di situ. Setelah diselidiki
lebih lanjut, ternyata ia memiliki bentuk kristal yang berbeda dengan
air biasa. Yang paling ajaib, ternyata kristal air zam-zam bisa
memberikan respon pada ucapan kita. Jika kita mengucap sesuatu yang bagus, dia
akan membentuk kristal yang indah. Hal sebaliknya terjadi jika kita
mengucapkan sesuatu yang buruk.
Di Universitas Malaya, pernah dilakukan percobaan. Ketika dibacakan
kalimat tasbih dan tahlil, bentuk molekul air zam-zam berubah menjadi
laksana intan dan berlian, berkilap-kilap indah sekali. Namun, begitu
padanya diucapkan kata-kata yang buruk, seketika molekul air itu berubah
bagaikan sel darah merah. Sangat buruk.
Itulah air zam-zam yang merupakan berkah dari Allah Swt. Keistimewaan
dan keberkatan itu disebutkan pada hadis Nabi saw., sebagaimana
dituturkan Ibnu Abbas ra.: �Sebaik-baik air di muka bumi ialah air zam-zam. Air
zam-zam merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi
penyakit.�
Diriwayatkan juga dalam Shah�h Muslim, Nabi saw. pernah bertanya kepada
Abu Dzarr, yang telah tinggal selama 30 hari siang-malam di sekitar
Ka�bah tanpa makan-minum, selain air zam-zam, �Siapa yang telah memberimu
makan?�
�Saya tidak punya apa-apa kecuali air zam-zam ini. Namun, saya bisa
gemuk dengan adanya gumpalan lemak di perutku,� Abu Dzarr menjelaskan.
�Saya juga tidak merasa lelah atau lemah karena lapar dan tak menjadi
kurus,� tambah Abu Dzarr.
Lalu Nabi saw. menjelaskan: �Sesungguhnya zam-zam ini air yang sangat
diberkahi; ia adalah makanan yang mengandung gizi.�
Nabi saw. Menambahkan, �Air zam-zam bermanfaat untuk apa saja yang
diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar sembuh
dari penyakitmu maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan
maksud supaya merasa kenyang maka Allah mengenyangkanmu. Jika engkau
meminumnya agar hilang rasa hausmu maka Allah akan menghilangkan dahagamu
itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail.�
(HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).

No comments: